INDONESIA KOLONIAL RASIS DAN FASIS SECARA ILEGAL MENDUDUKI DAN MENJAJAH ...

Artikel 

INDONESIA KOLONIAL RASIS DAN FASIS SECARA ILEGAL MENDUDUKI DAN MENJAJAH BANGSA PAPUA BARAT 

"Belanda pernah menjajah Indonesia, Spanyol di Filipina, Inggris di Afrika Selatan, saat ini China di Tibet, Indonesia di Papua Barat."


Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman


Ada beberapa pertanyaan penuntun bagi para pembaca, sebagai berikut: 

1. Apakah Indonesia benar bangsa kolonial yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa Papua Barat secara ilegal? 

2. Apakah benar, Indonesia sudah masuk dalam kategori bangsa kolonial atau penjajah modern? 

3. Apakah benar bangsa Indonesia sudah layak ditempatkan  sejajar dengan bangsa kolonial  seperti dulu Belanda menduduki dan menjajah Indonesia, Spanyol menduduki dan menjajah Filipina, Inggris menduduki dan menjajah Afrika Selatan, dan China masih menduduki dan menjajah Tibet? 

4. Apa hubungan antara penjajah atau kolonial modern Indonesia di Papua Barat dengan kolonial Belanda di Indonesia,  Spanyol di Filipina, Inggris di Afrika Selatan, dan juga saat ini China di Tibet? 

Jawaban dari beberapa pertanyaan ini,saya dengan keyakinan mengatakan, bahwa Indonesia benar-benar bangsa kolonial modern yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa Papua Barat dengan cara-cara sangat ilegal.  

Kalau mau melihat komparasi atau perbandingan tentang watak, ciri khas dan bentuk pendudukkan dan penjajahan kita membaca dan belajar dari beberapa sumber buku dan khusus di Papua Barat ini terlihat pengalaman sehari-hari dan juga melalui buku-buku. 

Dari banyak buku sumber  yang menampilkan  bahwa Indonesia benar-benar atau sungguh-sungguh bangsa kolonial modern yang kejam, barbar, rasis, fasis, militeristik, tidak adil,  tidak punya keperadaban sebagai manusia dan penuh dengan kemunafikan serta kebohongan. 

Ya, benar dan amin, apa yang ditulis oleh Desmond Tutu dalam bukunya berjudul:  "THE RAINBOW PEOPLE OF GOD:The Making of a Peaceful Revolution" (1994). 

Apa yang ditulis (alm.) Arbishop Desmond Tutu sebagai berikut: 

"By the way, these are God's children and they are behaving like animals. They need us to help them recover the humanity they have lost." 

Terjemahan bebas seperti ini: 

"Omong-omong, ini adalah anak-anak Tuhan dan mereka berperilaku seperti binatang.  Mereka membutuhkan kita untuk membantu mereka memulihkan kemanusiaan yang telah hilang." 

Desmond Tutu berbicara dalam konteks kekuasaan Apartheid Inggris di Afrika Selatan, dan pernyataan ini ditempatkan dalam konteks bangsa Indonesia atas rakyat dan bangsa Papua, bahwa pernyataan ini sangat relevan dan  sudah mewakili semua perilaku bangsa kolonial Indonesia di Papua Barat saat ini, China terhadap rakyat dan bangsa Tibet, dulu Belanda di Indonesia dan Spanyol di Filipina. 

Syed.H. Alatas dalam bukunya yang berjudul: "MITOS-MITOS PRIBUMI MALAS: Citra Orang Jawa, Melayu Dan Filipina Dalam Kapitalisme Kolonial" menggambarkan watak dan perilaku bangsa kolonial sebagai berikut: 

"Mereka ( dari saya: bangsa yang diduduki dan dijajah) harus direndahkan dan dibuat merasa bodoh dan bersikap tunduk, karena kalau tidak mereka akan bergerak untuk memberontak."  Lebih lanjut,  "Penghancuran kebanggaan pribumi dipandang sebagai suatu kebutuhan; karenanya dilakukan pencemaran watak pribumi" ( 1988: 37, 44). 

Contoh nyata perilaku bangsa kolonial Indonesia, yaitu membakar buku-buku sejarah rakyat dan bangsa Papua, dan menghancurkan budaya dan bahasa rakyat dan bangsa Papua. Tanah dirampok atau dicuri atas nama pembangunan bias pendatang, meminggirkan (memarginalkan) orang asli Papua di atas Tanah leluhur mereka. Orang-orang asli Papua dimiskinkan, dilumpuhkan, dihancurkan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kehidupan ekonomi. Kekayaan sumber daya alam, emas, gas, uranium, minyak dirampok, dicuri, dijarah diangkut ke Indonesia dan juga ke luar Negeri. 

Orang asli Papua dibantai seperti hewan dan binatang dengan moncong senjata para serdadu Indonesia dengan menggunakan topeng-topeng dan mitos-mitos yang diproduksi oleh bangsa kolonial rasis dan fasis ini, yaitu orang Papua separatis, makar, anggota OPM, kkb, dan label terbaru teroris.  

Bangsa kolonial Indonesia selalu berlindung dibalik jargon NKRI harga mati. Tapi,  sebenarnya  Sumber Daya Alam Papua dan kepentingan bisnis dan ekonomi bagi para jenderal yang berkolaborasi dengan para pemilik modal atau para pengusaha. 

Indonesia bangsa kolonial rasis dan fasis itu terbukti dengan banyak bukti. Perubahan Otsus dari Jilid 1  nomor 21 tahun 2001 ke Otsus jilid 2 nomor 2 tahun 2021, tanpa melibatkan orang asli Papua dan juga tanpa mendengarkan suara rakyat yang menjadi tujuan pembangunan. 

Bukti lain yang sedang menjadi perdebatan dalam berbagai kalangan ialah pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) atau provinsi-provinsi boneka ala Joko Widodo (Jokowi), ala Muhammad Hendropriyono, ala  Muhammad Tito Karnavian, ala Mahfud,MD, ala BIN atau TNI/Polri.  Pemekaran DOM ini bukti pendudukkan, penjajahan dan kolonialisme rasis dan fasis yang miskin aspirasi, miskin legitimasi, miskin administrasi atau maladministrasi. DOB ini digunakan data BIN atau data TNI/Polri dan ini memang benar-benar konyol, pemerintahan primitif dan kuno. 

Indonesia mengulangi sejarah Negara-Negara boneka yang pernah dibentuk oleh Peter W.Botha  sebagai Perdana Menteri pada tahun  1978 dan pada i saat berkuasa dan menjajah rakyat dan bangsa Afrika Selatan. Sejarah yang sangat memalukan seperti itu juga dibuat oleh bangsa kolonial Indonesia atas rakyat dan bangsa Papua Barat. 

Bukti lain ialah di Papua sejak 1 Mei 1963 dan sudah 59 tahun, pemerintah kolonial Indonesia yang berwatak rasis dan fasis serta barbar ini tidak pernah membangun satu pabrik pun di Tanah jajahan ini. Terbaru pabrik Smelter di bangun di Jawa dan akan menampung sebanyak 40.000 pekerja. Sumber emas di Tanah jajahan di Tanah Papua dan pemilik Tanah dan emas "gigit jari" "telan ludah" dan menjadi penonton atau melihat dan menonton kekayaannya dirampok dan dijarah dan dibawa lari oleh para perampok dan pencuri, yaitu bangsa kolonial rasis, dan fasis yang menduduki dan menjajah bangsa Papua Barat secara ilegal. 

Semua perampokkan dan penjarahan sumber daya alam dan pembantaian dan pemusnahan etnis orang asli Papua secara ilegal terjadi sejak 19 Desember 1961 secara sistematis, terstruktur, meluas, masif, kolektif dan integratif.
Ini namanya atau disebut penjajahan primitif  rasis, fasis yang berwatak otoriter dan totaliter tanpa ampun terhadap rakyat dan bangsa Papua Barat sebagai pemilik Tanah ini. Ini kejahatan kemanusiaan yang berjalan telanjang. 

Pembunuhan kejam lain ialah penguasa kolonial Indonesia mengurangi dana otsus dan berdampak pada pulangnya beberapa mahasiswa sedang belajar di Luar Negeri.  Sumber Daya Alam (SDA) di Papua dirampok habis-habisan, tapi nasib pendidikan dan masa depan pemilik Tambang Emas, gas, minyak dan lain-lain dihancurkan oleh penguasa kolonial ini. Tidak heran, ini memang bukti dan sungguh-sungguh watak kolonial rasis dan fasis yang otoriter dan totaliter. 

Fakta lain ialah penguasa kolonial Indonesia rasis dan fasis ini ialah kriminalisasi para pemimpin publik di Papua yang benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat Papua. Para pemimpin publik yang jujur, polos, lugu dan selalu berbicara terus-terus, tidak munafik, tidak berpura-pura selalu dilumpuhkan, dikriminalkan, bahkan ditiadakan dengan berbagai macam bentuk kekejaman dan kejahatan. 

Penderitaan panjang rakyat dan bangsa Papua yang pernah dialami di Afrika Selatan atas kekejaman Inggris Apartheid, kekejaman Spanyol yang dialami rakyat Filipina, kekejaman Belanda yang dialami rakyat Indonesia, dan sekarang dalam era peradaban tingggi dan era modern ini, Indonesia menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa Papua Barat. Sedangkan rakyat Tibet diduduki dan dijajah oleh China  

Bangsa kolonial modern firaun Indonesia membawa malapetaka dahsyat dan  menanam dan memelihara bibit perpecahan dan kehancuran orang asli Papua sejak 19 Desember 1961, 1 Mei 1963 secara ilegal di atas TANAH leluhur kami. Itu memang watak dan ciri khas bangsa kolonial dari waktu ke waktu dan dari abad ke abad. Indonesia sedang memelihara dan melaksanakan pendudukan dan penjajahan terhadap bangsa Papua dengan tujuan pemusnahan atau pembersihan  penduduk asli Papua untuk dijadikan basis-basis militer dan para kaum pendatang. 

Dalam keadaan yang tidak normal dan tidak sehat seperti ini, mereka (penguasa kolonial modern firaun Indonesia) berfikir dan beranggapan, bahwa kami bodoh, tidak berfikir kritis, analisis, penalaran sehat yang komprehensif. Mereka (Indonesia) berfikir, kami dengan mudah dibuat tunduk dan ketaatan palsu diketiak mereka dan menjilat sembunyi-sembunyi demi kedudukan dan kekuasaan dalam pemerintahan kolonial ini. Mereka (Indonesia) berfikir Kebijakan Revolusi Kebudayaan (Cultural Revolution Policy) secara sistematis, terstruktur, meluas, masif, kolektif dan integratif telah menghancurkan  kehidupan orang asli Papua, seperti bangsa China sedang menghancurkan rakyat dan bangsaTibet. (Baca buku: TEARS OF BLOOD: A CRY FOR TIBET" (Mary Craig, 1999). 

Kami bukan bangsa bodoh, bukan bangsa pengemis, bukan bangsa penjilat, bukan pendatang. Kami tidak perlu tunduk-tunduk di Istana para penguasa kolonial dan mengemis dan meminta-meminta untuk belas kasihan supaya mendapat Daerah Otonomi Baru (DOB). Aneh dan lucu, pemilik Tanah, pergi mengemis, tunduk-tunduk dan menjilat di kaki para kolonial rasis dan fasis yang sudah menjadi penguasa otoriter dan totaliter ini. 

Beberapa pejabat atau orang Papua Barat yang mengatasnamakan orang Papua atau rakyat Papua, Anda jangan MENJILAT secara terbuka, tapi lebih baik Anda MENJILAT dengan tersembunyi atau diam-diam. Kami rakyat dan bangsa Papua Barat dari Sorong-Samarai bukan bangsa pengemis, penjilat, peminta-minta, tunduk-tunduk, dan minta belas kasihan. Kami bangsa bermartabat dan terhormat sejak leluhur turun-temurun. Kami ada di atas TANAH leluhur kami. 

Kami orang asli Papua tidak pernah memberikan mandat atau kuasa berbicara atas nama kami. Anda jangan bikin malu kami. Anda jangan menjual harga diri dan martabat kami. Anda jangan menjual masa depan kami. Anda jangan terlibat dalam penghancuran masa depan anak dan cucu kami. Anda jangan menjadi seperti manusia yang tidak punya harga dan martabat kemanusiaan. 

Anda jangan pertahankan kami hidup dalam mulut singa, harimau dan buaya yang terus-menerus sedang menelan hidup kami ini.  Anda jangan menaruh harapan hampa dan kosong kepada bangsa kolonial rasis dan fasis ini. Anda jangan memelihara dan mempertahankan dan memperpanjang penderitaan, tetesan air, cucuran darah di atas Tanah pusaka kami. Jangan seperti binatang "kodok" yang bersiul-siul dibawah kaki hewan "gajah" yang tidak perduli dengan "si kodok kecil ini." Sadarlah dan bangunlah, bangkitlah sebagai manusia terhormat, bermartabat, tetapi bukan menjadi seperti manusia budak, penjilat yang hidup tanpa pegangan dan harapan. 

Mari, kita semua desak Indonesia harus selesaikan 4 akar persoalan Papua yang dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, kini BRIN). 

Kita mendorong Indonesia membuka akses jurnalis asing, diplomat asing dan komisi hak asasi manusia berkunjung ke Papua. 

Indonesia real kolonial yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa Papua Barat diakui oleh generasi muda Indonesia. Contohnya: DR. Veronika Kusumaryati dalam disertadi Program S3-nya dengan judul: Ethnography, of Colonial Present: History, Experience, And Political Consciousness in West Papua" sebagai berikut: 

"Bagi orang Papua, kolonialisme masa kini ditandai oleh pengalamam dan militerisme dalam kehidupan sehari-hari. Kolonialisme ini juga bisa dirasakan melalui tindak kekerasan yang se

Comments

Popular posts from this blog

Dr.Socratez Sofyan Yoman||Saya menyoroti beberapa hal secara kritis, per.

prinsip hidup orang kristen

4 AKAR KOMPLIK PAPUA OLEH Dr.SOCRATEZ SOFYAN YOMAN