PERBUDAKAN PEREMPUAN SEPANJANG SEJARAH DALAM GEREJA YANG BELUM ADA SOLUSI DARI PARA TEOLOG, PENDETA, GEMBALA DAN PASTOR

Refleksi Minggu, 27 Maret 2022

PERBUDAKAN PEREMPUAN SEPANJANG SEJARAH DALAM GEREJA YANG BELUM ADA SOLUSI DARI PARA TEOLOG, PENDETA, GEMBALA  DAN PASTOR 




Oleh Gembala DR. A.G. Socratez Yoman,MA 

Ayat Firman Tuhan selama berabad-abad dan dari waktu ke waktu yang menghukum, menindas,  membungkam dan membelenggu hak kemerdekaan, kebebasan dan kedaulatan perempuan atau yang merendahkan dan menghina serta melecehkan martabat kemanusiaan perempuan ialah "...APA YANG TELAH DIPERSATUKAN ALLAH, TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA" (Matius 19:6). 

Ayat Firman Tuhan ini menjadi pegangan atau kekuatan bagi para pendeta, gembala dan para suami atau para laki-laki untuk membatasi kemerdekaan dan menghukum serta menekan perempuan. Ayat Firman Allah ini tidak pernah dijelaskan atau ditafsirkan dengan benar, proporsional dan tempatkan dalam konteks realitas hidup manusia. Karena Firman Tuhan ini tidak dimengerti secara utuh, maka dalam sejarah dari abad ke abad, akibatnya ayat ini menjadi alat perbudakan laki-laki terhadap perempuan dalam Rumah Tangga dalam sejarah kehidupan suami dan istri. 

Ayat Firman Tuhan ini sepertinya laki-laki diberikan legitimasi, kekuatan untuk menekan dan memperlakukan perempuan dengan seenaknya atau semaunya supaya perempuan harus dan selalu tunduk, dan wajib mengikuti keinginan dan kemauan laki-laki walaupun itu salah dan tidak sesuai dengan hati nurani perempuan. 

Saya harus mengatakan, bahwa tidak semua laki-laki menjadikan perempuan atau istri seperti budak yang harus tunduk dibawah ketiaknya laki-laki.  Sebagian besar atau mayoritas laki-laki menempatkan perempuan atau istri sangat terhormat didalam hidupnya sebagai teman hidup dan sahabat yang setara untuk hidup saling menghormati dan saling mendukung dalam kehidupan kebutuhan rohani dan jasmani pada saat  keadaan baik atau tidak baik waktunya dan pada saat kaya atau tidak kaya. 

Kebanyakan atau mayoritas laki-laki memegang Firman Tuhan seperti yang dikutip di bawah ini. 

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadi seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:18). 

Kata PENOLONG dan SEPADAN dalam ayat ini sangat jelas, yaitu perempuan bukan pembantu, pesuruh, tunduk-tunduk atau budak. 

PENOLONG  dan SEPADAN artinya hidup saling mendukung, saling membantu, saling mengasihi, saling mencitai, saling meneguhkan, saling menguatkan, saling memotivasi, saling membangun, saling melengkapi, saling memperhatikan, saling memelihara, saling merawat, saling menegur, saling memperbaiki, saling menghidupi, saling membagi suka dan duka, saling memelihara komunikasi yang harmonis sebagai satu tubuh dalam cinta dan sayang, saling mengoreksi, saling memajukan, saling mengembangkan talenta dan karunia-karunia Tuhan dalam diri masing-masing suami dan istri. 

Merupakan satu keharusan, kewajiban dan tanggungjawab suami melihat potensi, talenta dan karunia yang ada pada istri dengan mata iman, mata hati, mata cinta dan kasih  dan sebaliknya juga suami terhadap istri. Istri merupakan pemberian dan anugerah TUHAN untuk suami. Suami adalah pemberian dan anugerah TUHAN untuk istri supaya hidup bersama dengan terhormat. 

Kalau istri sakit, suami harus menghihur dan menguatkan karena suami adalah obat yang paling ampuh atau tempat harapan dan sandaran istri. Atau antar istri ke rumah sakit dan menjaganya sampai benar-benar sembuh. Dalam hal sakit, istri lebih sensitif atas kesehatan atau kesakitan suami. Pada saat istri bersalin atau melahirkan seorang suami harus berada disamping istri karena suami adalah kekuatan dan semangat istrinya. 

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24). 

Suami dan istri  harus menjadikan Rumah Tangga atau Keluarga sebagai Kerajaan Allah, Rumah TUHAN. Karena mata TUHAN dan kemuliaan-Nya selalu tertuju dan terpancar dalam keluarga yang hidup mengasihi TUHAN dan mentaati serta mengikuti perkataan-Nya. Karena keluarga didirikan oleh TUHAN, bukan manusia (Kejadian 2:18). Imanuel, Allah selalu bersama keluarga yang hidup mencintai dan mengasihi TUHAN dengan sepenuh hati. 

Kata SEPADAN dalam  Alkitab bahasa Inggris  The Holy Bible International Version  ditulis  "suitable."  Kata "suitable" bermakna atau mengandung arti "cocok" atau "sesuai."  Jadi, Tuhan Allah memberikan istri kepada suami itu perempuan yang cocok dan  perempuan yang cocok untuk suami. 

Realitas atau kenyataan hidup, bahwa ada laki-laki atau suami tidak memberikan nafkah atau uang kepada istri selama bertahun-tahun dalam berumah tangga. Ada suami yang kerjanya cemburu buta dalam hidupnya membuat istrinya tidak nyaman. Akibatnya potensi dan karunia istri yang hebat itu tidak berkembang tapi potensi istri itu mati perlahan-lahan  Ada laki-laki yang merendahkan martabat kemanusiaan istrinya dengan kata-kata: perempuan kampungan, tidak berpendidikan, pendidikan rendahan, pegawai rendahan, tidak terampil, dari keluarga miskin, dari orang tua tidak beres, bukan perawan atau bekas laki-laki lain. 

Ada laki-laki hidupnya dalam minuman alkohol, di rumah dalam keadaan mabuk, di meja makan keadaan mabuk, di tempat tidur keadaan mabuk, tidak ikut natal karena keadaan mabuk, tidak ikut  tahun baru karena keadaan babuk, awal bulan keadaan mabuk, minta uang kepada istri dengan ancaman dalam keadaan mabuk. Ada laki-laki yang jual motor istri untuk mabuk, jual kalung istri untuk mabuk, kredit uang di bank untuk mabuk, kasih istri uang hasil kredit, tapi satu atau dua hari kemudian ambil uang dari tangan istri dengan ancaman untuk membeli minuman keras, dan macam-macam. 

Laki-laki tidak pernah ke gereja bersama, tidak natal bersama-sama keluarga,  merayakan ulang tahun istri dan anak-anak tidak pernah berdoa bersama-sama suami, dan laki-laki ada buat  masalah dengan istri keluarga suami dipanggil dan ramai-ramai datang  keroyok  perempuan di rumah dan tidak ada pembelaan. Perempuan dipojokkan, diinjak-injak dengan tindakan fisik dan kata-kata. Laki-laki mengusir  istri dan kunci pintu rumah dari dalam rumah sehingga istri sepanjang malam tinggal di luar rumah sampai pagi. Ada Istri sakit dan melahirkan, suami tidak pernah urus istri yang sakit dan sedang kesakitan bersalin. Suami sibuk kerja di kantor, sibuk dengan orang lain atau sibuk dengan minuman keras. 

Ada suami yang tidak pernah melihat talenta, karunia, kemampuan istri dan memperjuangkan istrinya untuk mengurus masuk ke perguruan tinggi untuk kemajuan istri dan membiayainya sampai selesai pendidikan karena laki-laki cemburu dan merasa disaingi oleh istri. Lalu, ada laki-laki mengungkit-ungkit masa lalu istri, pada hal itu sudah berlalu. 

Seperti yang disebutkan ini sangat melukai dan mencederai hati, perasaan dan pikiran istri. Sikap laki-laki tidak berhikmat dan bijaksana. Ini sebenarnya bibit-bibit atau benih-benih ketidaksenangan perempuan ditaburkan oleh laki-laki. 

Kalau keadaan Rumah Tangga dan suami dan istri kacau-balau, tidak ada kedamaian,  kebahagiaan, sukacita, saling menghormat, tidak memuliakan TUHAN dan tidak sehat seperti ini, apakah seorang laki-laki, para pendeta dan gembala memegang Surat Nikah Gereja  dan tetap berdiri pada firman TUHAN:

"APA YANG TELAH DIPERSATUKAN ALLAH, TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA" (Matius 19:6). 

Apa artinya Pernikahan Kudus di Gereja? Apa gununya Surat Nikah Gereja? Apa gunanya menjadi orang Kristen? Apa gunanya menjadi suami? 

Para Teolog, Pendeta, Gembala, Pastor HARUS memberikan solusi persoalan ayat Firman Tuhan Matius 19:6 dan makna Surat Nikah Gereja. 

Kalau kehidupan dan keadaan dari waktu ke waktu, hari ke hari, tahun ke tahun seperti seperti ini, dan perempuan merasa tidak nyaman, tidak ada jaminan perlindungan dari suami, dan suami tidak bertanggungjawab,  tidak menjadi pelindung, tidal memberikan jaminan hidup yang layak, dan  hidup tidak memulikan TUHAN dan hidup tidak menjadi berkat,  maka Surat Nikah Gereja bukan jaminan bagi perempuan yang tertindas ini. 

Menurut saya, perempuan harus diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan untuk memilih. Karena, Tuhan Yesus telah memberikan  hak untuk hidup bebas dan memilih untuk hidup bermartabat tanpa tekanan dan tidak menjadi budak laki-laki. 

Refleksi ini menjadi perenungan  para teolog, pendeta, gembala, dan kita semua. Jangan kita membuat susah, kesulitan, kesukaran hidup dan membelenggu kemerdekaan perempuan serta merendahkan martabat kemanusiaan perempuan dengan ayat Firman Tuhan Matius 19:6; dan Surat Nikah Gereja. 

Firman Tuhan Matius 19:6; dan Surat Nikah Gereja bukan alat untuk menindas, menekan dan menjadikan perempuan seperti budak laki-laki. Firman Tuhan dan Surat Nikah Gereja harus melihat perempuan sebagai pribadi manusia yang utuh dalam konteks dan realitas kehidupan sehari-hari dalam Rumah Tangga.  Firman Tuhan dan Surat Nikah Gereja  ini harus dijaga, dihidupi, dipelihara untuk hidup jujur, benar, adil, damai, bertanggungjawab, saling membagi hidup dalam suka dan duka. 

Kesalahan dan kekeliruan terbesar dalam sejarah Ke-Kristen-an dan sejarah Gereja ialah membiarkan sebagaian laki-laki seenaknya dan sesukanya  menyalah-gunakan ayat Firman Tuhan Matius 19:6 dan Surat Nikah Gereja. Sebagian laki-laki selalu bersembunyi dan membenarkan diri dari kejahatannya terhadap istri dengan ayat Firman Tuhan dan Surat Nikah Gereja. Firman Tuhan Matius 19:6 dan Surat Nikah Gereja bukan ayat dan surat untuk melindungi laki-laki yang tidak bertanggungjawab dan tidak menghormati Firman Tuhan dan Surat Nikah Gereja.  

Pengalaman selama ini, perempuan selalu dipersalahkan oleh keluarga laki-laki dan perempuan selalu menjadi korban penghinaan dan gosip di tetangga, di gereja, atau di kantor. Di sini, kesalahan yang dilakukan oleh beberapa laki-laki yang hidup tidak bertanggungjawab atas perempuan. Laki-laki tidak menjaga rahasia dan kehormatan istrinya. Wanita biasanya lebih cerdas menyembunyikan keburukan suami di depan umum. 

Dalam keadaan seperti ini, perempuan berhak untuk membela kehormatan dan harga diri serta martabat kemanusiaan mereka. Saya mendorong para Perempuan HARUS bangkit, berdiri kokoh dan kuat untuk martabat kemanusiaanmu untuk hidup layak dan mereka di depan anak-anak dan  suami serta orang banyak. 

Karena laki-laki dan perempuan sama-sama manusia yang diciptakan TUHAN dan sama-sama diberikan kuasa Allah (Kejadian 1:26), maka para teolog, pendeta, gembala dan pastor harus berpikir dan berteologi secara rasional dan  berkhotbah sesuai konteks yang realitis untuk mengakhiri PERBUDAKAN PEREMPUAN SEPANJANG SEJARAH DALAM GEREJA TUHAN DAN DUNIA REALITAS DEWASA INI. 

Tuhan Yesus memberkati. 

Ita Wakhu Puro, Minggu, 27 Maret 2022

Comments

Popular posts from this blog

Dr.Socratez Sofyan Yoman||Saya menyoroti beberapa hal secara kritis, per.

prinsip hidup orang kristen

4 AKAR KOMPLIK PAPUA OLEH Dr.SOCRATEZ SOFYAN YOMAN